Minggu, 18 November 2012

Sang Pedagang Tahu yang Bercita-Cita Tinggi (Feature)

Laki-laki yang berusia 55 tahun ini adalah seorang ayah yang mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik anak-anaknya. Sulitnya perjuangan untuk bertahan hidup tak membuatnya beralih pikiran untuk memberikan pendidikan seadanya terhadap 3 anaknya. Kapid, walau hanya lulusan Sekolah Dasar, ia ingin anaknya mengenyam pendidikan hingga ke universitas.
Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut. Sedikit demi sedikit uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah ia dapat menyekolahkan anak pertamanya, Arif sampai ke perguruan tinggi. Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat Kapid banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun Kapid pria yang lahir di Brebes itu tak patah semangat, banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Sulastri untuk menyekolahkan kedua anaknya ke pendidikan yang tinggi.
Kesulitan yang dialami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Kapid sesekali berhutang ke tetangganya untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya. Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang meraih banyak prestasi, saat ini Arif masih semester 6, ia kuliah di Universitas Jaya Baya. Dalam waktu luang, Arif menyempatkan untuk membantu ayahnya. Sepulang kuliah, ia pun mau bekerja apa saja yang penting halal, demi meringankan beban ayahnya.
Kesuksesan dari sebuah perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Tahu” mampu mewujudkan cita-cita seorang ayah, sekaligus untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa untuk anak-anaknya.
Sulitnya perjuangan untuk bertahan hidup tak membuatnya beralih pikiran untuk memberikan pendidikan seadanya terhadap 3 anaknya. Kapid, walau hanya lulusan Sekolah Dasar, ia ingin anaknya mengenyam pendidikan hingga ke universitas. Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut. Sedikit demi sedikit uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah ia dapat menyekolahkan anak pertamanya, Arif sampai ke perguruan tinggi. Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat Kapid banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun Kapid pria yang lahir di Brebes itu tak patah semangat, banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Sulastri untuk menyekolahkan kedua anaknya ke pendidikan yang tinggi. Kesulitan yang dialami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Kapid sesekali berhutang ke tetangganya untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya. Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang meraih banyak prestasi, saat ini Arif masih semester 6, ia kuliah di Universitas Jaya Baya. Dalam waktu luang, Arif menyempatkan untuk membantu ayahnya. Sepulang kuliah, ia pun mau bekerja apa saja yang penting halal, demi meringankan beban ayahnya. Kesuksesan dari sebuah perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Tahu” mampu mewujudkan cita-cita seorang ayah, sekaligus untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa untuk anak-anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar