Minggu, 18 November 2012

Jangan Salahkan Pasar Tumpah (Opini)


Pasar tumpah yang biasanya beroperasi di sepanjang jalan Ir Juanda, dari persimpangan RSIA BELLA hingga depan Terminal Induk Bekasi sering kali memacetkan jalan meski sering di tertibkan. Pada 09 November 2012 Ikatan Pedagang Kaki Lima dan Angkutan Barang (IPKL & AB) Kota Bekasi melakukan pembenahan kepada ribuan PKL yang ada diwilayah Kota Bekasi, namun upaya penertiban tersebut ternyata belum bisa dikatakan sukses, karena pada kenyataannya pasar tumpah sering beroperasi memenuhi ruas jalan.


Banyaknya pedagang kaki lima, para pembeli yang bertaburan memenuhi jalanan, belum lagi banyak angkot yang menunggu penumpang menyebabkan tersumbatnya arus lalu lintas.
Menurut para pedagang kaki lima, mereka lebih untung berjualan di pinggir jalan, dari pada berjualan di tempat yang disediakan oleh pemerintah, karena sewa tempat yang sangat mahal sedangkan pengunjungnya sepi. Maka mereka tentu memilih tempat tidak ada sewanya dan banyak pembelinya. Kurangnya minat para pedagang untuk berjualan di ruko pasar baru pun dapat terlihat dari banyaknya toko yang kosong dari area tengah hingga belakang. Para pedagang pakaianpun mengeluh, omset hanya naik ketika menjelang lebaran, setelah itupun kita gigit jari, ada yang beli 1 atau 2 ya alhamdulillah sekali. “sepi pengunjung, sepi pembeli”, tutur pak Kumis di ruko pasar baru. Dari penuturan mereka, seharusnya walikota dan pihak yang bertanggung jawab dapat menempatkan pedagang dengan baik, tidak hanya untuk menerertibkan tetapi juga mengutamakan perekonomian rakyat mikro yang semakin nyaris tergerus mal-mal. Maka pantas saja para pedagang yang tergolong menengah ke bawah memilih berjualan di pasar tumpah karena tidak strategisnya lokasi ruko pasar baru, ditambah lagi sewanya yang mahal.

Pemerintah sering kali menertibkan, tapi lebih sering lagi pasar tumpah muncul. Artinya terjadi kesalahan penanganan disini. Sebenarnya pasar tumpah adalah akibat, bukan sebab. Pasar tumpah adalah akibat tidak terpenuhinya perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Jadi akarya adalah penanganan dalam mengelola tenaga kerja. Sebaiknya pemerintah berfokus pada akar masalah, perekonomian masyarakat adalah kuncinya. Dari pada melakukan penertiban dan penertiban, Pemerintah lebih baik terjun langsung memberikan pelatihan kepada para pedagang agar lebih terampil dalam berwirausaha. Lebih bagus lagi kalau Pejabat Kota Bekasi ada yang mau terjun ke pasar, mengetahui masalah secara langsung seperti pak Jokowi, namun sepertinya itu mimpi indah masyarakat Bekasi dan mereka sakit karena harus terbangun. Sudah saatnya pemerintah mendengar jerit hati masyarakat kita. Mudah-mudahan walikota Bekasi yang baru nanti mampu lebih peka terhadap situasi dan kondisi masyarakat kota Patriot ini.



Kholishotun N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar