Tampilkan postingan dengan label JURNALISTIK. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label JURNALISTIK. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 November 2012

Jangan Salahkan Pasar Tumpah (Opini)


Pasar tumpah yang biasanya beroperasi di sepanjang jalan Ir Juanda, dari persimpangan RSIA BELLA hingga depan Terminal Induk Bekasi sering kali memacetkan jalan meski sering di tertibkan. Pada 09 November 2012 Ikatan Pedagang Kaki Lima dan Angkutan Barang (IPKL & AB) Kota Bekasi melakukan pembenahan kepada ribuan PKL yang ada diwilayah Kota Bekasi, namun upaya penertiban tersebut ternyata belum bisa dikatakan sukses, karena pada kenyataannya pasar tumpah sering beroperasi memenuhi ruas jalan.

Sang Pedagang Tahu yang Bercita-Cita Tinggi (Feature)

Laki-laki yang berusia 55 tahun ini adalah seorang ayah yang mempunyai cita-cita tinggi untuk mendidik anak-anaknya. Sulitnya perjuangan untuk bertahan hidup tak membuatnya beralih pikiran untuk memberikan pendidikan seadanya terhadap 3 anaknya. Kapid, walau hanya lulusan Sekolah Dasar, ia ingin anaknya mengenyam pendidikan hingga ke universitas.
Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut. Sedikit demi sedikit uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah ia dapat menyekolahkan anak pertamanya, Arif sampai ke perguruan tinggi. Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat Kapid banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun Kapid pria yang lahir di Brebes itu tak patah semangat, banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Sulastri untuk menyekolahkan kedua anaknya ke pendidikan yang tinggi.
Kesulitan yang dialami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Kapid sesekali berhutang ke tetangganya untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya. Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang meraih banyak prestasi, saat ini Arif masih semester 6, ia kuliah di Universitas Jaya Baya. Dalam waktu luang, Arif menyempatkan untuk membantu ayahnya. Sepulang kuliah, ia pun mau bekerja apa saja yang penting halal, demi meringankan beban ayahnya.
Kesuksesan dari sebuah perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Tahu” mampu mewujudkan cita-cita seorang ayah, sekaligus untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa untuk anak-anaknya.
Sulitnya perjuangan untuk bertahan hidup tak membuatnya beralih pikiran untuk memberikan pendidikan seadanya terhadap 3 anaknya. Kapid, walau hanya lulusan Sekolah Dasar, ia ingin anaknya mengenyam pendidikan hingga ke universitas. Keinginan yang keras demi melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu yang akan menunjang pekerjaan adalah harapan besar untuk mewujudkan cita-citanya yang mulia tersebut. Sedikit demi sedikit uang yang didapat dari bekerja dikumpulkannya. Dari uang itulah ia dapat menyekolahkan anak pertamanya, Arif sampai ke perguruan tinggi. Kesadaran akan sebuah pendidikan yang utama membuat Kapid banting tulang untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan kedua anaknya yang dirasakannya memang sangat berat, namun Kapid pria yang lahir di Brebes itu tak patah semangat, banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Sulastri untuk menyekolahkan kedua anaknya ke pendidikan yang tinggi. Kesulitan yang dialami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang sekarang semakin tinggi membuat Kapid sesekali berhutang ke tetangganya untuk membayar biaya perkuliahan anak-anaknya. Sebuah perjuangan besar dan dibayar mahal oleh keberhasilan anak pertamanya yang meraih banyak prestasi, saat ini Arif masih semester 6, ia kuliah di Universitas Jaya Baya. Dalam waktu luang, Arif menyempatkan untuk membantu ayahnya. Sepulang kuliah, ia pun mau bekerja apa saja yang penting halal, demi meringankan beban ayahnya. Kesuksesan dari sebuah perjuangan besar yang hanya dengan berjualan “Tahu” mampu mewujudkan cita-cita seorang ayah, sekaligus untuk menyediakan pendidikan yang luar biasa untuk anak-anaknya.

Minggu, 21 Oktober 2012

Puluhan Rumah di Pondok Gede Bekasi Terendam Banjir

Puluhan rumah milik warga di Perumahan Radiance Villa Jalan Hankam, Kelurahan Jati Ranggon, Kecamatan Pondokgede, Kota Bekasi, Jawa Barat, terendam banjir akibat hujan lebat, Jumat, 19/10/2012.
“Banjir ini terjadi secara mendadak sekitar pukul 14.00 WIB akibat hujan lebat sejak pukul 13.00 WIB,” ujar Rensi Yono (28), warga Blok B17, di lokasi. Menurut dia, genangan air setinggi 40 centimeter lebih itu masuk hingga ke dalam rumahnya dan menggenangi seluruh ruangan seperti kamar tidur, ruang tamu, dan kamar mandi. “Biasanya, kalau hujan lebat pasti banjir, tapi tidak pernah sampai masuk rumah seperti sekarang ini,” katanya. Rensi yang tinggal bersama suami dan satu putrinya itu mengaku kewalahan menangani derasnya air yang masuk ke dalam rumah mereka yang berdiri di atas lahan seluas 200 meter persegi itu. “Airnya deras dan sudah kepalang masuk ke rumah, jadi saya biarin aja, yang penting barang elektronik sudah aman,” katanya. Kondisi yang lebih parah terjadi di Blok A tepatnya di depan perumahan karena lokasinya berada di daerah yang lebih rendah. Genangan air di lokasi itu mencapai 60 centimeter lebih. Warga di lokasi tersebut tampak berbenah dengan mengamankan sejumlah barang berharga milik mereka agar tidak terendam air. Mayoritas kendaraan seperti mobil dan motor dipakir di sekitar pusat pertokoan setempat karena berada di lahan yang lebih tinggi. “Kami menduga banjir ini terjadi akibat saluran air yang tersumbat oleh sampah, jadi air meluap dan naik hingga ke rumah-rumah warga,” ujar salah seorang Satpam setempat, Usep. Menurutnya, seluruh rumah yang berjumlah hampir seratus unit di Blok A, B, dan C terendam banjir. Bahkan, banjir meluas hingga ke permukiman warga di sekitarnya. Ia mengatakan, pihaknya telah berulang kali melaporkan kondisi itu kepada petugas kelurahan dan kecamatan setempat agar dicarikan solusi penanganannya, namun belum direspon. “Kami harap Pemkot Bekasi bisa segera memperbaiki saluran air kami, jangan sampai kondisi ini terulang lagi pada musim hujan yang sebentar lagi akan tiba,” ujarnya.